Seorang Pedagang Tempe Asal Klaten Berhijrah Menjadi Pengrajin Miniatur Kapal Dalam Botol

Klaten Siapa yang tak tahu gantungan kunci botol kaca dengan miniatur kapal di dalamnya. Pengrajinnya ialah Agung Santoso di rumahnyya Dukuh Ngaglik, Desa Klepu, Ceper, Klaten.

Aneka bentuk, warna, dan ukuran miniatur kapal bersarang apik di dalam botol kaca. Siapa sangka, sebelumnya Agung bukanlah seorang pengrajin atau seniman. Secara autodidak ia berhijrah, banting setir dari seorang penjual tempe menjadi pengrajin miniatur kapal dalam botol.

Bermula dari faktor perekonomian yang jadi tuntutan. Bergelut dengan tempe, tahu, dan kerupuk tiap hari cenderung membuatnya jenuh. Jati dirinya muncul ketika menemukan ide untuk membuat kerajinan miniatur kapal. Uniknya, kapal layar ini berada di dalam botol mungil. Tentu bukanlah perkara mudah bagi seorang pemula.

Kesabaran dan ketelitiannya selama bertahun-tahun akhirnya berbuah peanut.

Tepatnya 10 tahun silam Agung mulai menggeluti kerajinan kapal dalam botol. Idenya muncul saat berada di Kota Yogyakarta. Hingga ia mencoba membuat miniatur kapal dalam botol mulai dari nol.

Minim pengetahuan, justru membuat Agung langsung mempraktikkan membuat miniatur kapal. Bahan seadanya dia manfaatkan mulai dari kayu bekas hingga limbah kain. Imajinasinya semakin liar saat bersentuhan langsung dengan product pembuat kapal. Ketekunan membuatnya semakin mahir membuat kapal mini di dalam botol.

Tak hanya memproduksi, dia juga memasarkan di tempat wisata Malioboro, Yogyakarta. Dari sanalah market penjualannya mulai berkembang. Hingga dia punya relasi para pengepul yang berminat menjual miniatur kapalnya hingga ke berbagai kota di Indonesia.

Pendapatannya kini meningkat lebih jauh dibanding berjualan tempe. Skil membuat miniatur kapal selalu ia sempurnakan. Agar tampilan kerajinannya lebih menarik dan mengikuti perkembangan zaman.

Kerajinan miniatur kapal dalam botol bukanlah hal mudah bagi orang awam. Pasalnya, perbandingan skala kapal asli sangat jauh. Kapal yang begitu besar dijadikan miniatur dalam ukuran yang mini. Menyusunnya harus dilakukan di dalam botol.

Bayangkan, part seperti lambung kapal, helaian layar, tiang hingga tali dimasukkan melalui mulut botol. Lubang botol umunya hanya berukuran sepertiga dari diameter botol. Butuh alat dan ability khusus untuk merakit kapal hingga terbentuk sempurna.

Hanya capit kayu, lidi hingga bekas jeruji yang mampu melintasi mulut botol yang sempit. Satu persatu mulai dari lambung kapal masuk ke dalam tubuh botol. Disusul dengan bagian existed dan direkatkan dengan lem secara perlahan.

Agung mendapatkan bahan pembuat kapalnya sebagian besar dari limbah. Kayu pada kapal dia dapatkan dari pabrik mebel di dekat rumahnya. Kayu yang digunakan adalah jenis Mahoni dan Sonokeling.Sedangkan botol kaca dari limbah obat, hingga botol minuman bekas yang dipasok dari Cirebon.

Sedangkan layar dan tali, Agung memanfaatkan tenaga ibu rumah tangga sekitar rumahnya. Hanya Agung dan keluarganya yang merakit miniatur kapal dalam botol. Baginya adalah sebuah skil rahasia, hanya keluarganya yang tahu agar miniatur kapal menjadi indah.

Tak disangka, hingga saat ini miniatur kapal dalam botol mampu terjual ke berbagai kota. Bermula dari Yogyakarta, Solo, Semarang, Makassar hingga Bali. Bahkan mampu menembus destinasi Wisata Nasional di Danau Toba hingga Pulau Komodo.

Tak hanya itu, berkat para pengepulnya produk Agung bisa dikenal dan dijual hingga Amerika, Bahama, Thailand, Jepang dan Turki turut memborong kerajinannya untuk dijual kembali di negaranya masing-masing.

Ukurannya beragam mulai dari 4 cm hingga 7 cm. Produksi kerajinannya saat ini hanya berfokus pada pemenuhan permintaan pengepul. Harganyapun bervariasi mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 1.5 juta. Semua tergantung pada ukuran dan faktor kerumitan saat merangkainya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beberapa Artis Dunia yang Membela Kemerdekaan Palestina Selain Bella Hadid

Universitas Surabaya dan SolarRUV Resmikan Solarpreneur Development Center

Ilmuwan Mendetksi Sebuah Mutasi Virus Covid-19 Baru di Afrika Selatan, Yaitu Varian Baru C.1.2