Karena Perubahan Iklim Spesies Komodo Terancam Punah, Berikut Penjelasannya

Jakarta - Perubahan iklim disebut menjadi salah satu ancaman besar bagi komodo. International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah mencantumkan komodo sebagai salah satu spesies terancam punah. Seperti diberitakan, Senin (6/9/2021),

satwa endemik Indonesia yang mendiami Taman Nasional Komodo itu disebut semakin terancam punah oleh dampak perubahan iklim. Di antaranya akibat dari kenaikan suhu worldwide dan kenaikan permukaan air laut, yang diperkirakan akan mengurangi environment komodo, setidaknya hingga 30 persen dalam 45 tahun ke depan.

Lantas, apakah perubahan iklim benar-benar menjadi ancaman besar bagi komodo? Peneliti Herpetofauna Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Evy Ayu Arida mengatakan status komodo yang naik dari rentan menjadi terancam punah yang dikeluarkan IUCN adalah peringatan untuk melindungi satwa ini.

Seperti disampaikan IUCN bahwa perubahan iklim memberi ancaman serius terhadap keberlangsungan hidup komodo dan menyebabkan satwa ini terancam punah, menurut Evy, ada betulnya, namun tidak semuanya. "Sejak dulu populasi komodo memang kecil. Sensus yang dilakukan beberapa lembaga, (populasi komodo) ada kecenderungan naik dan turun.

Saya pikir wajar, karena tidak turun terus,"kata Evy saat dihubungi, Senin (6/9/2021). Berdasarkan prediksi yang dilakukan para peneliti pemodel iklim, dalam studi yang diterbitkan tahun 2020 lalu,"kata Evy, menyebutkan tentang ancaman perubahan iklim terhadap environment komodo. "Sepintas, dari makalah studi ini menunjukkan seluruh habitat komodo akan terancam (perubahan iklim), tapi sebenarnya tidak,"Kata Evy. 

Habitat komodo di pulau kecil terancam

IUCN menyebut komodo terancam punah karena perubahan iklim, mengenai ini Evy menjelaskan bahwa habitat komodo tersebar di pulau-pulau kecil, memang terancam oleh pemanasan global. Perlu diketahui bahwa lingkungan atau environment komodo di dataran rendah, dari 0 derajat di garis pantai sampai di daerah dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan laut.

Sementara, Evy menambahkan, jarak garis pantai ke pusat pulau cenderung lebih dekat di pulau-pulau kecil, di bandingkan dengan jarak garis pantai ke pusat pulau yang lebih besar. "Garis pantai di pulau besar, jarak ke pusat pulaunya jauh cenderung lebih jauh.

Sebagian besar komodo hidup di tempat sekitar 7 kilometer dari garis pantai ke pusat pulau," jelas peneliti komodo LIPI itu. Sehingga, Evy mengatakan, apabila prediksinya, suhu udara dan permukaan air laut naik, maka dengan pemodelan tersebut menunjukkan bahwa environment komodo di pulau-pulau kecil yang terancam.

Selanjutnya data yang dipakai dalam pemodelan iklim ini, bisa jadi adalah information sampai tahun 2010. Yakni terkait populasi komodo, demografi, terutama indukan komodo betina. Padahal data sensus, kata Evy, sebenarnya telah dilakukan dan masih berlangsung sampai saat ini.

Namun, pembaruan data populasi komodo belum seluruhnya tercakup dalam information yang digunakan IUCN. "Jadi saya pikir memang tidak bisa dipungkiri bahwa assesment harus berjalan, tidak bisa menunggu terlalu lama agar data populasi dapat dipublikasikan,"jelas Evy. Standing komodo yang dilabelkan IUCN sebagai threaten varieties atau spesies terancam punah adalah status agar kita berhati-hati untuk tetap menjaga komodo dan habitatnya.

"Sebenarnya, perlu diingat bahwa kaitannya dengan pemanasan global yang bisa memengaruhi komodo, bukan hanya komodo saja yang terancam, tetapi ada banyak fauna lain, bahkan manusia yang tinggal di pulau-pulau itu,"papar Evy. 

Populasi komodo stabil

Berdasarkan information publikasi ilmiah, Evy mengatakan bahwa populasi komodo selama ini sekitar 2.500 individu. Information ini mungkin yang digunakan IUCN untuk menentukan kriteria komodo sebagai spesies terancam punah. "Akan tetapi, sebenarnya data populasi komodo, lebih dari itu (lebih dari 2.500 individu). Hanya saja, (data) belum dipublikasikan,"kata Evy.

Evy mengungkapkan bahwa sejak dulu, populasi komodo tidak banyak, dan relatif kecil bahkan hingga saat ini. Kendati demikian, bukan berarti komodo bisa diperlakukan sama dengan hewan-hewan lainnya, seperti yang dimanfaatkan untuk komoditas ekspor yang kemudian memengaruhi populasinya.

"Perlunya ada perhatian terhadap spesies, jenis (komodo) dan habitatnya. Hanya saja ini tidak dimaksimalkan dan disosialisasikan ke masyarakat,"kata Evy. Meski populasi komodo di Indonesia ini cukup kecil, namun Evy menegaskan bahwa populasi komodo cukup stabil.

"Namun, bagi saya isu (komodo) terancam punah, tidak terlalu khawatir, karena memang komodo sudah selayaknya ditempatkan pada posisi (terancam punah) itu. Agar kita bisa bersama-sama menjaga environment dan jenisnya," jelas Evy. Evy mengingatkan jangan sampai saat dampak perubahan iklim terjadi, baru kemudian dilakukan penelitian.

Akan tetapi, penelitian terhadap komodo harus dimulai sekarang, supaya dapat diketahui jenis, habitat, hingga interaksi komodo dan habitatnya. "Barulah kita bisa memproyeksikan apa yang terjadi ke depan. Namun, ada banyak faktor yang bisa membuat pemodelan itu benar, tetapi juga salah,"jelas Evy.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beberapa Artis Dunia yang Membela Kemerdekaan Palestina Selain Bella Hadid

Universitas Surabaya dan SolarRUV Resmikan Solarpreneur Development Center

Ilmuwan Mendetksi Sebuah Mutasi Virus Covid-19 Baru di Afrika Selatan, Yaitu Varian Baru C.1.2