Universitas Surabaya dan SolarRUV Resmikan Solarpreneur Development Center

Surabaya - Energi bersih adalah kata kunci dalam pemulihan ekonomi pasca COVID-19. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaporkan bahwa, selama pandemi COVID-19, Air Top Quality Keeping An Eye On Terminal (AQMS) untuk Particular Matter (PM) 2,5 meningkat sekitar 32-- 35%.

Indeks kualitas udara bersih bisa menjadi inspirasi pelaku-pelaku usaha mikro untuk bangkit dengan mengangkat isu Energi Baru & Terbarukan (EBT). Hal inilah yang coba diupayakan oleh Utomo SolaRUV, perusahaan penyedia solusi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap melalui Solarpreneur Growth Facility (SDC) yang diresmikan beberapa hari lalu di kampus Universitas Surabaya (UBAYA).

Bekerjasama dengan Universitas Surabaya (UBAYA), Utomo SolaRUV membuat gebrakan ekonomi melalui pelatihan pemasangan PLTS Atap bersertifikasi bagi para pemuda dan masyarakat untuk melahirkan solarpreneur-solarpreneur andal karena di masa depan, sektor idustri energi baru terbarukan melalui PLTS atap sangatlah menjanjikan.

"Di Indonesia, tahun 2018 konsumen PLTS Atap hanya 609 pelanggan. Tahun 2021, ternyata meningkat menjadi 4133 pelanggan. Potensi pasar yang begitu besar, sehingga perlu kita siapkan tenaga-tenaga ahli dalam negeri agar dapat memenuhi permintaan pasar yang tinggi tersebut," ujar Fabby Tumiwa, Ketua Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) yang hadir dalam acara peresmian Solarpreneur Growth Center di kampus UBAYA.

Fabby Tumiwa menambahkan bahwa kehadiran Solarpreneur Growth Facility akan sangat membuka peluang tenaga-tenaga ahli PLTS Atap bersertifikasi untuk terjun ke dunia wirausaha berbasis energi terbarukan.

"Sinergi dengan entitas bisnis akan sangat mempercepat tujuan tersebut. Misalnya, Utomo SolaRUV menyediakan produk-produk inverter dari produsen inverter international. Lalu masyarakat dilatih bagaimana cara memasang PLTS Atap yang benar, harapannya mereka bisa membangun bisnis energi bersih. Barang bagusnya ada, jasa berkualitasnya juga ada," tambah Fabby Tumiwa.

Hal ini juga dibenarkan oleh Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC., Ph.D, selaku Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kemendikbudristek, yang hadir melalui sambungan zoom. "Kemandirian energi butuh aksi gotong royong dari pelaku industri dan perguruan tinggi.

Program mewujudkan kampus energi bersih bisa sangat diterapkan di 4000 kampus se-Indonesia sehingga kesadaran masyarakat tentang energi terbarukan bisa dipimpin kalangan civitas akademika," tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Anthony Utomo, Handling Supervisor Utomo SolaRUV yang juga Wakil Ketua Komite Tetap Kebijakan Dan Regulasi Bidang ESDM KADIN (Kamar Dagang dan Industri) Pusat, mengatakan bahwa kehadiran Solarpreneur Growth Center juga untuk memperkuat ekosistem PLTS Atap.

Jika recall tahun 2017, dimana pertama kali Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap (GNSSA) dicetuskan, salah satunya tujuannya adalah mendorong tumbuhnya industri nasional sistem fotovoltaik yang berdaya saing dan menciptakan kesempatan kerja hijau (environment-friendly work).

"Selain mendorong kehadiran solarpreneur, kami juga membuka peluang kemitraan agar mereka yang sudah terlatih ini tidak cuma mengerjakan pekerjaan di lapangan, tapi berani terjun ke bisnis PLTS Atap," ujar Anthony.

Peluang kemitraan yang dimaksud adalah membuka electrical outlet energi Juragan Atap Surya di daerah masing-masing. Outlet energi Juragan Atap Surya bertujuan sebagai penyedia tenaga, penyedia jasa dan upkeep terlatih guna pemanfaatan peluang usaha di bidang energi terbarukan dan katalisator penciptaan tenaga kerja hijau (eco-friendly jobs). Electrical outlet energi Juragan Atap Surya telah beroperasi di Bali, dan kedepan difokuskan ke provinsi Jawa Timur serta Jakarta.

Selain menggandeng institusi perguruan tinggi, Utomo SolaRUV juga mendorong keterlibatan pemerintah kota Surabaya dalam acara releasing SDC. Dalam sambutannya secara online, Walikota Surabaya, Eri Cahyadi, menyampaikan apresiasi atas upaya menjadikan kota Surabaya sebagai kota bisnis yang menjunjung tinggi aspek keberlanjutan.

"Sudah biasa kalau Surabaya dikatain kota terpanas di Indonesia. Tapi melalui solarpreneur Advancement Center, kita sadar bahwa panas Surabaya bisa jadi sumber lapangan kerja Arek-Arek Suroboyo.

UBAYA menyediakan kajian teori dan praktikal. Utomo SolaRUV menyediakan pendampingan sistem photovoltaic panel berkualitas dan berSNI. Masyarakat berpartisipasi aktif mengaplikasikan," ujar Eri Cahyadi.

Pada kesempatan yang sama, Dahlan Iskan, Menteri BUMN 2011-2014, juga turut hadir melalui sambungan zoom guna mendukung kolaborasi Utomo SolaRUV dan UBAYA ini.

"Era PLTS memang kian terbukti, karena semakin hari harga komponennya terjangkau. Apalagi kalau nanti tenaga pemasangannya dari daerah masing-masing karena dilatih dan disertifikasi di SDC, maka tidak perlu mendatangkan dari luar. Anak-anak muda bisa masuk ke lapangan pekerjaan yang mendukung energi bersih," pungkasnya.

Hingga akhir 2020, bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) Indonesia baru sekitar 11,5%. Demi mengejar target 23% dalam empat tahun ke depan, Indonesia harus membangun 14-18 GW pembangkit listrik EBT. Kemajuan industri PLTS Atap akan semakin mempercepat transisi energi di Indonesia. Semakin banyak pengguna PLTS Atap pada skala rumah tangga, semakin cepat Indonesia memasuki period energi bersih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beberapa Artis Dunia yang Membela Kemerdekaan Palestina Selain Bella Hadid

Ilmuwan Mendetksi Sebuah Mutasi Virus Covid-19 Baru di Afrika Selatan, Yaitu Varian Baru C.1.2