Ilmuwan Mendetksi Sebuah Mutasi Virus Covid-19 Baru di Afrika Selatan, Yaitu Varian Baru C.1.2

Jakarta - Institut Nasional untuk Penyakit Menular di Afrika Selatan telah melaporkan deteksi
varian baru yang menarik dari SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19. Saat ini virus yang dikenal sebagai C. 1.2, ditemukan di semua provinsi di negara Afrika.

Dikutip dari IFL Scientific research, Rabu (1/9/2021), infection varian C. 1.2 ini penyebarannya tidak secepat delta, hanya kurang dua persen dari semua genom berasal dari garis keturunan ini. Kendati begitu, garis keturunan varian C. 1.2 ini memiliki mutasi yang mirip dengan yang terlihat pada variants of interest (VOI) and also variants of concern (VOC).

Ini berbagi beberapa mutasi umum dengan varian Beta dan Delta, tetapi juga mutasi baru. Dengan setiap varian virus yang berkembang, ada kekhawatiran bahwa hal itu dapat membuat vaksin tidak efektif dalam memeranginya.

Seperti dilansir World Health and wellness Organization (THAT), saat ini ada empat VOC, bernama Alpha, Beta, Gamma, dan Delta, serta empat VOI, Eta, Scrap, Kappa, dan Lambda yang beredar secara global.

Alpha, Beta, dan Delta adalah yang memiliki dampak paling besar di seluruh dunia dalam hal infeksi. Secara khusus, Delta kini telah menjadi penyebab dominan COVID-19 di seluruh dunia, termasuk terobosan infeksi pada orang yang divaksinasi.

Varian ini pertama kali diidentifikasi pada Mei 2021 di Afrika Selatan dan sejak itu telah terdeteksi di tujuh negara lain di seluruh dunia termasuk Inggris, China, Republik Demokratik Kongo (DRC), Mauritius, Selandia Baru, Portugal, dan Swiss.

Dr Maria Van Kerkhove, Pimpinan Teknis COVID-19 untuk WHO memuji Afrika Selatan atas pekerjaannya dalam mengidentifikasi varian dan berbagi informasi. Dr Van Kerkhove juga menekankan bahwa varian tersebut tampaknya tidak memiliki keunggulan dibandingkan versi infection yang beredar saat ini.

"Saat ini, C. 1.2 tampaknya tidak terlalu berbahaya dibanding Delta yang masih dominan dari semua urutan yang tersedia,"cuit Dr Van Kerkhove melalui aun twitternya.

Pemantauan dan penilaian varian sedang berlangsung untuk memahami evolusi virus ini, dalam memerangi COVID-19. "THAT menghargai para peneliti karena berbagi temuan mereka dengan THAT dan komunitas ilmiah international,"katanya.

Varian akan terus bermunculan, apalagi jika virus dibiarkan terus menyebar dan bermutasi. Vaksinasi adalah kunci dalam membatasi penyebaran. Sayangnya distribusi vaksin tidak merata karena negara-negara kaya menguasai sebagian besar dosisnya.

Pada saat yang sama, pelonggaran aturan kesehatan masyarakat di negara-negara tersebut telah menyebabkan gelombang baru penyakit, sumber varian potensial lainnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beberapa Artis Dunia yang Membela Kemerdekaan Palestina Selain Bella Hadid

Universitas Surabaya dan SolarRUV Resmikan Solarpreneur Development Center